Jika
aku laki – laki, apakah kau mencintaiku?(kepada seorang laki – laki)
Atau..
Jika
aku perempuan, apakah kau mencintaiku?(kepada seorang perempuan)
Ketika pertanyaan gila di atas dicetuskan. Timbul suatu ide serupa
mengenai semua itu. Tentang bagaimana jika hal itu terjadi di antara kita.
Aneh. Kata orang cinta itu segala – galanya. Jika
cinta nomor satu, boleh dong jenis kelamin nomor dua. Ternyata tidak semudah
itu, untuk yang masih normal sudah pasti tahu alasannya, tapi untuk mereka yang
ada di daerah ‘abu – abu’ pasti akan mempertanyakan hal itu. Tapi, (aku yakin
aku masih normal) kenapa aku juga mempertanyakan hal yang sama???)
Menurut banyak orang, seseorang akan jadi homo
atau lesbong, salah satunya karena mereka tersakiti hingga trauma oleh lawan
jenis mereka sehingga mungkin dengan memilih teman sejenis, cinta diharapkan
bisa jalan mulus dan langgeng. Mungkin ngga perlu deh sampai trauma. Tapi
kebetulan yang bisa lebih ngertiin hari kita adalah teman sesama jenis, jadi
mengapa engga? Toh, kalau mau sama – sama jujur, manusia paling takut yang
namanya KESEPIAN, lho…
Tentu saja jawabnya… “Lain dong sensenya, dan sense itu sudah datang dari sananya. Ngga perlu dipertanyakan,
cukup dilakoni saja.”
Seputar jawaban tentang semua ini ada di banyak
buku yang berbau sosiologi dan antropologi. Namunm, sebenarnya ada sesuatu di
balik semua ini tentang mengapa aku kemukakan semua ini kepada kalian semua.
Bukan untuk menjawab masalah gender, tapi untuk memahami apa yang kita
inginkan.
Di ujung kesepian, pernahkah kalian memikirkan
satu persatu teman – teman lawan jenis kalian? Ketika kalian nyaman dengan
mereka semua, mengapa kita tak bisa mencintai mereka dan menjadikan mereka
kekasih kita? Itu semua kerena kita punya kriteria pribadi. Dengan begitu,
penjelasan ini mengarah pada kecenderungan kita yang sering membutuhkan
keinginan daripada kebutuhan.
Pertanyaan – pertanyaan di awal tulisan ini bisa
diganti dengan pertanyaan dengan tujuan serupa ‘ Jika aku sesuai kriteriamu,
apakah kau mencintaiku?(bukankan selama ini mampu membuatmu nyaman?
Dengan pertanyaan itu, aku jadi bertanya – tanya
tentang eksistensi cinta lantaran frekuensi tinggi (tresno jalaran kulino). Toh, hal ini bisa terjadi di antara kita
masing – masing dengan teman – teman lawan jenis kita.
Jadi, apakah benar – benar seorang manusia pada
dasarnya, hanya membutuhkan cinta?
Tapi, coba hitung, betapa hati yang telah kita
patahkan, hanya lantaran para pemilik hati itu tidak sesuai dengan kriteria
kita?
Kriteria mungkin terdengar jahat, paling engga
tidak sesuai dengan diri kita lah. Susah untuk mencari seseorang yang terbang
sama tingginya dengan kita….(aku bisa, ^^ )
Akhirnya, memang jawabnya ‘tidak’. Kita tidak
hanya membutuhkan cinta, terkecuali bagi orang yang kurang memiliki the
bargaining power dan sangat takut dengan kesepian, (atau mungkin untuk
mereka yang benar – benar tahu arti cinta sejati dan tak bersyarat).
Aku sendiri lebih suka duduk melamun dan menangis
seorang diri di ujung kesepian daripada hancur oleh obat – obatan, rokok, dan
minuman keras. Biarlah begitu adanya, walau itu berarti aku juga mesti
bertarung dengan Sang Waktu.
Biarlah idealisme tetap dipertahankan selagi umur
masih muda. Tentang kesepian, semua orang pastilah mengalami kesepian entah dia
sudah berpasangan atau belum. Itu suatu hal yang wajar.
* K C P C by H R S
Tidak ada komentar:
Posting Komentar